WANITA YANG DICINTAI SUAMIKU ( EMAIL DARI TEMAN)

>> Kamis, 09 Juli 2009

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang
>pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik
>Dan lebih menuruti apa mauku.
>
>
>
>Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam Dan pergi
>kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian
>mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit.
>Aku pikir dia workaholic.
>
>
>
>Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, Dan saat dia pulang
>kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah
>romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, Dan tidak memerlukan hal2
>seperti itu sebagai ungkapan sayang.
>
>
>
>Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan
>makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan
>berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang
>terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
>
>
>
>Kalau Hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan
>anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku
>menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.
>
>
>
>Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.
>Sampai suatu ketika, disuatu Hari yang terik, saat itu suamiku tergolek
>sakit dirumah sakit, karena jarang makan, Dan sering jajan di kantornya,
>dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, Dan harus dirawat di RS, karena
>sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang
>perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha,
>temannya Mario saat dulu kuliah.
>
>
>
>Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah
>melihat Mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar
>indah, penuh kehangatan Dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu
>berhenti berputar Dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan Dan penuh
>pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang
>lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
>
>
>
>Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu,
>Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang
>akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena Ada pekerjaan kantor mereka yang
>mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu
>dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.
>
>
>
>Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu Ada perubahan yang cukup drastis pada
>Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, Dan dalam sehari
>bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, Dan mulai
>sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan
>komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang,
>Ada pekerjaan yang membingungkan.
>
>
>
>Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit Dan masih dirawat di
>RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal,
>karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, Dan menyapa
>dengan suara riangnya,
>
>
>
>" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? Tidak mau
>makan juga? Uhh... Dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus
>mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu
>sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta
>yang terpancar dari Mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur
>hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
>
>
>
>Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
>membelakangi aku saat aku memeluknya Dan berharap dia mencumbuku. Lebih
>sakit dari rasa sakit setelah operasi Caesar ketika aku melahirkan anaknya.
>Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku
>buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang
>kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa
>sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
>
>
>
>Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu
>manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, Dan membawakan
>ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. Kali lain
> dia datang bersama suami Dan ke-2 anaknya yang lucu2.
>
>
>
>Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati
>bidadari itu? Karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak
>dihatinya.
>
>
>
>Suatu sore, mendung begitu menyelimuti Jakarta , aku tidak pernah menyangka,
>hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.
>
>
>
>Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya
>keriting ikal Dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka
>password email Papa nya, Dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat
>tante Meisha ?"
>
>
>
>Aku tertegun memandangnya, Dan membaca surat elektronik itu,
>
>
>
>Dear Meisha,
>
>
>
>Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku
> aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku
>mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia
>ibu dari anak2ku.
>
>
>
>Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2
>mencintainya. Tidak Ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu,
>tidak Ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak
>menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2
>terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak
>sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk
>mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
>menikahinya.
>
>
>
>Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika
>cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh
>tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2
>belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara
>alami. Itu yang aku rasakan.
>
>
>
>Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang
>lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.
>Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat
>Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan
>selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi
>tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu. Meskipun ada
>tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti, you
>are the only one in my heart.
>
>
>
>yours,
>
>
>
>Mario
>
>
>
>Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru
>berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
>menyayangiku.
>
>
>
>Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia
>mencintai perempuan lain.
>
>
>
>Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari
>untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari
>bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
>
>
>
>Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
>tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor
>untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak
>pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju. Aku
>terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu
>terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia
>memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
>
>
>
>Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang
>perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia
>tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan
>aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan
>melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.
>
>
>
>Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah
>dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu,
>aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan
>Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.
>
>
>
>**********
>
>
>
>Setahun kemudian...
>
>
>
>Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman
>itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
>
>
>
>" Mario, suamiku....
>
>
>
>Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja
>dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu
>yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak
>bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin
>memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak
>memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan
>menuruti keinginanku. .. Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan
>banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
>sehingga mau melakukan apa saja untukku.....
>
>
>
>Ternyata aku keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan
>kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu
>yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.
>
>
>
>Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa
>kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi
>istriku ?"
>
>
>
>Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.
>
>
>
>Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia
>bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah
>wanita yang sempurna yang engkau inginkan.
>
>
>
>Istrimu,
>
>
>
>Rima"
>
>
>
>Di surat yang lain,
>
>
>
>".........Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi
>sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah
>melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang
>penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha......
>"
>
>
>
>Disurat yang kesekian,
>
>
>
>".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
>
>
>
>Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah2 padamu,
>aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar
>masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros,
>dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku
>selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu,
>untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu jika
>engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku
>menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat
>engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. .....
>
>
>
>Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap
>berusaha dan menantinya.. ......"
>
>
>
>Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya...
>dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
>
>
>
>Disurat terakhir, pagi ini...
>
>
>
>"........... ...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
>Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
>pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
>Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah
>kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai
>motor.
>
>
>
>Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu
> Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
>
>
>
>Tahukah engkau suamiku,
>
>
>
>Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9
>tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari
>matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?........."
>
>
>
>Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
>
>
>
>" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat
>keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku
>tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu,
>dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu
>menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama
>menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan
>tinggi...... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante..... aku
>melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .." Jelita
>memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk
>merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
>
>
>
>Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario
>mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.
>
>
>
>Dear Meisha,
>
>
>
>Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2
>dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh
>basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku
>baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar..
>. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?
>
>
>
>Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan
>besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil
>mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena
>dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku....
>
>
>
>Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk
>disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah
>terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika
>seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Shiny by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP